Profil Desa Binangun

Ketahui informasi secara rinci Desa Binangun mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Binangun

Tentang Kami

Profil lengkap Desa Binangun, Karangkobar, Banjarnegara. Mengulas potensi pertanian kopi robusta, pengembangan agrowisata, kondisi geografis di dataran tinggi, serta transformasi dan kebangkitan masyarakat pasca-bencana longsor. Informasi akurat dan terki

  • Sentra Kopi Robusta Unggulan

    Dikenal sebagai penghasil kopi robusta berkualitas tinggi yang telah menembus pasar nasional dan diminati pasar internasional.

  • Kawasan dengan Ketangguhan Bencana

    Memiliki sejarah kelam bencana longsor yang membentuk masyarakat tangguh dan mendorong praktik pertanian konservasi sebagai mitigasi.

  • Potensi Agrowisata yang Berkembang

    Berada di lanskap perbukitan yang asri, desa ini mulai merintis pengembangan wisata berbasis pertanian dan alam untuk diversifikasi ekonomi.

Pasang Disini

Terletak di antara perbukitan sejuk Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Desa Binangun menjelma menjadi sebuah simbol ketangguhan dan kebangkitan. Jauh dari citra kelam masa lalu sebagai daerah rawan bencana, Binangun kini dikenal sebagai salah satu sentra penghasil kopi robusta terbaik di Banjarnegara, dengan potensi agrowisata yang terus menggeliat. Desa ini membuktikan bahwa dengan pengelolaan yang tepat, potensi alam dapat menjadi motor penggerak ekonomi berkelanjutan sekaligus garda terdepan dalam mitigasi bencana.

Kisah Desa Binangun merupakan cerminan perjalanan transformasi sebuah komunitas pedesaan. Dari keterpurukan akibat tragedi alam, masyarakatnya bersatu padu, mengolah lahan bukan hanya untuk subsistensi, tetapi juga untuk konservasi dan meraih prestasi. Kopi yang ditanam di lereng-lerengnya kini tidak hanya menjadi sumber pendapatan, tetapi juga penahan erosi dan penjaga harapan untuk masa depan yang lebih cerah dan aman.

Kondisi Geografis dan Demografi

Desa Binangun secara geografis berada di wilayah dataran tinggi Kecamatan Karangkobar. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Banjarnegara, desa ini terletak pada ketinggian rata-rata sekitar 990 meter di atas permukaan laut (mdpl). Posisi ini memberikannya iklim yang sejuk dengan curah hujan yang cukup tinggi, kondisi ideal bagi tumbuhnya tanaman perkebunan seperti kopi.

Luas wilayah Desa Binangun mencakup area yang signifikan, didominasi oleh lahan pertanian dan perbukitan. Batas-batas wilayahnya meliputi:

Sebelah Utara: Berbatasan dengan desa lain di lingkup Kecamatan Karangkobar.

Sebelah Selatan: Berbatasan dengan wilayah kecamatan lain atau desa tetangga.

Sebelah Timur: Berbatasan dengan Desa Leksana.

Sebelah Barat: Berbatasan dengan Desa Karanggondang.

Berdasarkan data kependudukan terakhir yang tersedia dari BPS dan Sistem Informasi Desa, jumlah penduduk Desa Binangun mencapai sekitar 2.400 hingga 2.500 jiwa. Dengan luas wilayah yang ada, kepadatan penduduk tergolong sedang, memungkinkan pemanfaatan lahan yang optimal untuk pertanian tanpa menimbulkan tekanan demografis yang berlebihan. Struktur tanah di wilayah Karangkobar sendiri bervariasi, terdiri atas jenis aluvial, latosol dan andosol yang subur, menjadikannya sangat produktif untuk komoditas pertanian bernilai tinggi.

Sejarah dan Tragedi: Titik Balik Pembangunan Desa

Sejarah modern Desa Binangun tidak dapat dipisahkan dari peristiwa bencana tanah longsor besar yang melanda Kecamatan Karangkobar pada Desember 2014. Meskipun pusat tragedi berada di Dusun Jemblung, Desa Sampang, yang lokasinya tidak jauh, dampak psikologis dan kesadaran akan risiko bencana turut dirasakan oleh desa-desa di sekitarnya, termasuk Binangun. Peristiwa yang menelan lebih dari seratus korban jiwa tersebut menjadi pengingat keras akan kerentanan geografis wilayah perbukitan Banjarnegara.

Tragedi ini menjadi titik balik yang fundamental. Pemerintah daerah bersama masyarakat mulai menggalakkan program mitigasi bencana berbasis vegetasi. Masyarakat di area zona merah, seperti di beberapa dusun di Binangun, didorong untuk mengganti tanaman semusim yang memiliki perakaran dangkal dengan tanaman keras yang akarnya mampu mencengkeram tanah lebih kuat. Pilihan jatuh pada tanaman kopi. Inisiatif ini tidak hanya bertujuan untuk mengurangi risiko longsor, tetapi juga membuka jalan baru bagi perekonomian desa. Transformasi dari lahan palawija menjadi kebun kopi merupakan langkah strategis yang didasari oleh kesadaran kolektif untuk hidup lebih harmonis dengan alam.

Kebangkitan Ekonomi: Kopi Sebagai Tulang Punggung Utama

Kopi, khususnya jenis robusta, kini menjadi tulang punggung utama perekonomian Desa Binangun. Kopi yang ditanam di sini, seringkali dikenal dengan sebutan "Kopi Gondo Arum" yang merujuk pada salah satu dusunnya, telah mendapatkan pengakuan luas atas kualitasnya. Keberhasilan ini tidak datang secara instan, melainkan melalui proses panjang pembelajaran, perbaikan kualitas, dan pengorganisasian petani.

Petani yang tergabung dalam kelompok-kelompok tani aktif mendapatkan pendampingan dari berbagai pihak, termasuk dinas pertanian dan lembaga swadaya masyarakat. Mereka belajar teknik budidaya yang baik, mulai dari pemilihan bibit unggul, pemupukan organik, hingga proses pascapanen yang benar seperti petik merah (hanya memetik buah kopi yang sudah matang) dan pengolahan honey process atau natural process.

Seorang tokoh petani kopi dari wilayah tersebut, seperti yang pernah diliput media, menyatakan bahwa kopi dari Karangkobar memiliki keunggulan kompetitif. "Tanaman kopi tidak hanya menyelamatkan kami dari ancaman longsor, tetapi juga mengangkat derajat ekonomi kami. Permintaan terus meningkat, bahkan dari luar negeri seperti Jepang, yang menunjukkan bahwa kualitas kopi kami diakui secara global," ungkapnya. Produksi kopi robusta dari kawasan ini dilaporkan mencapai ratusan ton per tahun, meskipun angka tersebut masih di bawah permintaan pasar yang mencapai ribuan ton, menandakan adanya peluang besar untuk ekspansi.

Potensi Lainnya: Diversifikasi Pertanian dan Agrowisata

Meski kopi menjadi primadona, Desa Binangun tidak hanya bergantung pada satu komoditas. Masyarakat juga melakukan diversifikasi pertanian dengan menanam komoditas lain yang memiliki nilai ekonomi, seperti salak, kapulaga, dan aneka sayuran dataran tinggi. Praktik tumpangsari antara tanaman kopi dengan tanaman lain juga umum dilakukan untuk memaksimalkan produktivitas lahan dan menjaga keseimbangan ekosistem.

Seiring dengan menguatnya sektor pertanian, potensi agrowisata mulai dilirik secara serius. Lanskap Desa Binangun yang menawarkan pemandangan perbukitan hijau, hamparan kebun kopi yang tertata rapi, dan udara yang sejuk merupakan modal utama. Beberapa rintisan wisata telah muncul, seperti wisata edukasi kopi di mana pengunjung dapat melihat langsung proses dari kebun hingga menjadi secangkir kopi. Selain itu, keindahan alam seperti pemandangan terasering dan jalur-jalur setapak di perbukitan memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi area trekking atau wisata alam. Pemerintah desa, melalui berbagai program, mulai menata dan mempromosikan potensi ini untuk menarik wisatawan dan menciptakan sumber pendapatan alternatif bagi warga.

Infrastruktur dan Pemerintahan Desa

Peran Pemerintah Desa Binangun sangat sentral dalam mengarahkan pembangunan. Berbagai alokasi dana, termasuk Dana Desa, diprioritaskan untuk pembangunan infrastruktur yang mendukung aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat. Menurut informasi dari portal desa, pembangunan infrastruktur jalan rabat beton secara rutin dilakukan untuk meningkatkan konektivitas antar dusun dan mempermudah pengangkutan hasil panen. Jalan yang baik merupakan urat nadi perekonomian, memastikan produk pertanian dapat sampai ke pasar dengan cepat dan biaya yang lebih rendah.

Di samping infrastruktur fisik, pemerintah desa juga aktif dalam program pemberdayaan masyarakat. Ini mencakup pelaksanaan posyandu untuk kesehatan balita, fasilitasi penyaluran bantuan sosial, serta dukungan terhadap kegiatan kelompok tani dan UMKM. Sinergi antara pemerintah desa, lembaga desa, dan partisipasi aktif masyarakat menjadi kunci keberhasilan program-program yang dijalankan, menciptakan pemerintahan yang responsif terhadap kebutuhan warganya. Peningkatan infrastruktur penunjang seperti pasar kecamatan di Karangkobar juga turut memberikan dampak positif bagi para petani dari Binangun.

Tantangan dan Harapan di Masa Depan

Meskipun telah menunjukkan kemajuan yang pesat, Desa Binangun masih menghadapi sejumlah tantangan. Perubahan iklim yang tidak menentu dapat memengaruhi produktivitas tanaman kopi. Fluktuasi harga komoditas di pasar global juga menjadi risiko yang harus dihadapi para petani. Selain itu, regenerasi petani menjadi isu penting, di mana generasi muda perlu didorong untuk melihat pertanian sebagai profesi yang menjanjikan.

Tantangan terbesar lainnya tetaplah risiko bencana alam. Meski mitigasi melalui penanaman kopi telah terbukti efektif, kewaspadaan dan kesiapsiagaan harus terus dijaga dan ditingkatkan. Edukasi berkelanjutan mengenai tanda-tanda awal longsor dan jalur evakuasi tetap menjadi prioritas.

Harapan ke depan terbentang luas. Desa Binangun bercita-cita untuk tidak hanya menjadi pemasok biji kopi mentah, tetapi juga mampu mengembangkan industri hilir, seperti produk kopi bubuk kemasan dengan merek sendiri yang memiliki daya saing tinggi. Pengembangan agrowisata secara profesional juga menjadi agenda utama, dengan harapan dapat menyerap tenaga kerja lokal dan memperkenalkan pesona Binangun ke khalayak yang lebih luas.

Desa Binangun di Kecamatan Karangkobar merupakan bukti nyata bahwa keterbatasan dan tantangan dapat diubah menjadi kekuatan. Dengan bertumpu pada kopi sebagai komoditas andalan, semangat gotong royong, dan kearifan dalam mengelola alam, desa ini terus bergerak maju. Kisah Binangun memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya pembangunan yang selaras antara ekonomi, sosial, dan kelestarian lingkungan, menjadikannya sebuah profil desa yang inspiratif di jantung Jawa Tengah.